Rabu, 20 Desember 2017

Sinopsis Cerita Novel Wiro Sableng Episode 2 Maut Bernyanyi di Pajajaran



Di tengah perjalanan menuju Goa Sanggreng, Wiro Sableng tidak sengaja bertemu dengan kakek tua sakti yang membawa 2 bumbung bambu tuak bernama Dewa Tuak. Dewa Tuak yang merupakan tokoh sakti golongan putih mencoba kehebatan Wiro Sableng dengan menyemburkan tuak dari mulutnya di atas pohon. Dewa Tuak lalu mengajak Wiro minum tuak bersama di atas pohon. Wiro menerima tawaran itu. Dewa Tuak lalu memperkenalkan muridnya bernama Anggini dan menjodohkannya dengan Wiro. Wiro melihat Anggini yang cantik tertarik, tapi dia menolak secara halus, lalu pamit meninggalkan Dewa Tuak.

Dewa Tuak yang mengetahui Wiro adalah murid Sinto Gendeng, menyuruh Anggini untuk mengejar Wiro dan harus bisa mengambilnya menjadi teman hidupnya, karena Wiro Sableng akan menguasai dunia persilatan. Anggini sebenarnya enggan, tapi gurunya mendesak, Anggini akhirnya mengejar Wiro.

Di bukit karang Wiro bertemu dengan lelaki tua berewok yang kaki kanan dan tangan kanannya buntung. Kemudian muncul Bergola Wungu di sebelahnya. Ternyata lelaki tua buntung itu adalah gurunya Bergola Wungu, bernama Bladra Wikuyana, berjuluk Angin Topan dari Barat. Bladra Wikuyana menyerang Wiro dengan 2 pukulan angin. Wiro membuyarkan pukulan itu dengan pukulan angin puyuh. Wikuyana menantang menunggu Wiro di Goa Sanggreng, Wikuyana dan Bergola Wungu lalu berkelebat pergi.

Sampai di Goa Sanggreng, Wiro dikepung dengan puluhan murid Wikuyana. Pertempuran pun terjadi, semua murid Wikuyana termasuk Bergola Wungu telah dikalahkan Wiro. Lalu pertarungan Wiro Sableng dengan Wikuyana terjadi dengan sengit dan seru karena sama sama pukulannya mengandung angin. Akhirnya Wikuyana mati oleh Wiro.

Wiro yang mengetahui dirinya dikuntit Anggini, menyuruh Anggini untuk kembali pada gurunya. Anggini takut dimarahi gurunya. Wiro pun menghabiskan malam berduaan dengan Anggini. Setelah Anggini terbangun dari tidur, Wiro ternyata sudah meninggalkannya.

Di Gunung Halimun, berkumpullah kelompok pemberontak pimpinan Werku Alit dan Mahesa Birawa sebagai tangan kanan Werku Alit. Mereka menyiapkan dan melatih perang pasukan yang saat itu berjumlah 1000 orang lebih.

Werku Alit menyuruh Kala Srenggi (Kepala Pasukan Kerajaan) untuk menculik Rara Murni (adik Raja Kamandaka) saat melakukan perjalanan keluar kerajaan. Keesokan harinya Rara Murni diculik dan disekap di kuil. Di kuil, Wiro Sableng menolong Rara Murni dari Kala Srenggi yang akan merenggut kehormatan Rara Murni. Kala Srenggi ditotok dan diikat digantung terbalik. Wiro Sableng mengantar Rara Murni kembali ke kerajaan.

Wiro mengirimkan pesan pada Raja Kamandaka bahwa kerajaan sedang dalam bahaya. Akan ada pemberontakan, beberapa pemberontak adalah orang dalam kerajaan, diharap mempersiapkan pasukan di luar kerajaan.

Wiro lalu pergi ke perkemahan markas pemberontak di Gunung Halimun. Wiro memaksa masuk untuk bertemu Mahesa Birawa. Di sana dia dikepung dikeroyok prajurit pemberontak. Wiro berhasil mengalahkan puluhan prajurit. Setelah Mahesa Birawa muncul, Wiro mengundang Mahesa Birawa ke bukit Jatimaleh malam ini seorang diri berkaitan dengan pesan Eyang Sinto Gendeng.

Di bukit Jatimaleh, Mahesa Birawa menemui Wiro seorang diri. Wiro Sableng menyampaikan pesan dari Sinto Gendeng pada Mahesa Birawa, bahwa Mahesa Birawa harus datang ke Gunung Gede untuk menerima hukuman dari Sinto Gendeng (Guru Mahesa Birawa sekaligus guru Wiro Sableng) karena telah membuat kejahatan dan keonaran di bumi. Mahesa Birawa tidak mau. Mahesa Birawa menyerang Wiro dengan Pukulan Seribu Badai. Wiro membalas dengan Pukulan Benteng Topan Melanda Samudera. Wiro menantang duel Mahesa Birawa besok siang hari di sini. Wiro lalu pergi.

Dini hari Mahesa Birawa bersama 5 Adipati memimpin pemberontakan menyerang Kerajaan Pajajaran. Untunglah Prabu Kamandaka telah mempersiapkan pasukan di luar kerajaan. Prabu Kamandaka memimpin prajurit mempertahankan kerajaan. Pertempuran pun terjadi. Prabu Kamandaka berhadapan dengan Werku Alit saudara sepersusuannya. Beberapa waktu kemudian pintu gerbang kerajaan sebelah barat hampir bobol. Prabu Kamandaka terdesak.

Tiba tiba muncur suara keras seperti guntur berisi seruan menghentikan pertempuran. Hampir semua orang yang bertempur di sebelah timur terkejut dan melihat ke tembok atas, ternyata itu suara Wiro Sableng. Melihat Prabu Kamandaka lengah, Werku Alit menyerang Raja Kamandaka dengan tojanya. Mendadak melesatlah bintang 212 dari Wiro mematahkan toja Werku Alit.

Karena tidak ada yang mengindahkan seruan Wiro Sableng, malah kedua pihak melanjutkan pertempuran, maka Wiro mengeluarkan kapak naga geni 212. Ditiupnya gagang kapak, suara melengking menyerang pasukan pemberontak. Para pasukan pemberontak menutup telinganya masing masing karena tidak tahan dengan suara tinggi seperti menusuk nusuk telinganya.

Dengan bantuan Wiro Sableng, para pemimpin pemberontak berhasil dikalahkan, pasukan pemberontak menjadi terdesak dan lari dikejar pasukan kerajaan. Wiro Sableng sendiri menghadapi Mahesa Birawa. Pertarungan Wiro Sableng dengan Mahesa Birawa berlangsung sangat seru dan dahsyat. Akhirnya Mahesa Birawa mati dihantam kapak naga geni 212.

Prabu Kamandaka mengucapkan terima kasih kepada Wiro Sableng dan mengajak ke istana agar mendapat balas jasa dari kerajaan. Tetapi Wiro menolak secara sopan. Wiro Sableng pun pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar