Di
tengah perjalanan menuju Goa Sanggreng, Wiro Sableng tidak sengaja bertemu
dengan kakek tua sakti yang membawa 2 bumbung bambu tuak bernama Dewa Tuak.
Dewa Tuak yang merupakan tokoh sakti golongan putih mencoba kehebatan Wiro
Sableng dengan menyemburkan tuak dari mulutnya di atas pohon. Dewa Tuak lalu
mengajak Wiro minum tuak bersama di atas pohon. Wiro menerima tawaran itu. Dewa
Tuak lalu memperkenalkan muridnya bernama Anggini dan menjodohkannya dengan
Wiro. Wiro melihat Anggini yang cantik tertarik, tapi dia menolak secara halus,
lalu pamit meninggalkan Dewa Tuak.
Dewa
Tuak yang mengetahui Wiro adalah murid Sinto Gendeng, menyuruh Anggini untuk mengejar
Wiro dan harus bisa mengambilnya menjadi teman hidupnya, karena Wiro Sableng
akan menguasai dunia persilatan. Anggini sebenarnya enggan, tapi gurunya
mendesak, Anggini akhirnya mengejar Wiro.
Di
bukit karang Wiro bertemu dengan lelaki tua berewok yang kaki kanan dan tangan
kanannya buntung. Kemudian muncul Bergola Wungu di sebelahnya. Ternyata lelaki
tua buntung itu adalah gurunya Bergola Wungu, bernama Bladra Wikuyana, berjuluk
Angin Topan dari Barat. Bladra Wikuyana menyerang Wiro dengan 2 pukulan angin.
Wiro membuyarkan pukulan itu dengan pukulan angin puyuh. Wikuyana menantang
menunggu Wiro di Goa Sanggreng, Wikuyana dan Bergola Wungu lalu berkelebat
pergi.
Sampai
di Goa Sanggreng, Wiro dikepung dengan puluhan murid Wikuyana. Pertempuran pun
terjadi, semua murid Wikuyana termasuk Bergola Wungu telah dikalahkan Wiro.
Lalu pertarungan Wiro Sableng dengan Wikuyana terjadi dengan sengit dan seru
karena sama sama pukulannya mengandung angin. Akhirnya Wikuyana mati oleh Wiro.
Wiro
yang mengetahui dirinya dikuntit Anggini, menyuruh Anggini untuk kembali pada
gurunya. Anggini takut dimarahi gurunya. Wiro pun menghabiskan malam berduaan
dengan Anggini. Setelah Anggini terbangun dari tidur, Wiro ternyata sudah
meninggalkannya.
Di
Gunung Halimun, berkumpullah kelompok pemberontak pimpinan Werku Alit dan
Mahesa Birawa sebagai tangan kanan Werku Alit. Mereka menyiapkan dan melatih
perang pasukan yang saat itu berjumlah 1000 orang lebih.
Werku
Alit menyuruh Kala Srenggi (Kepala Pasukan Kerajaan) untuk menculik Rara Murni
(adik Raja Kamandaka) saat melakukan perjalanan keluar kerajaan. Keesokan
harinya Rara Murni diculik dan disekap di kuil. Di kuil, Wiro Sableng menolong
Rara Murni dari Kala Srenggi yang akan merenggut kehormatan Rara Murni. Kala
Srenggi ditotok dan diikat digantung terbalik. Wiro Sableng mengantar Rara
Murni kembali ke kerajaan.
Wiro
mengirimkan pesan pada Raja Kamandaka bahwa kerajaan sedang dalam bahaya. Akan
ada pemberontakan, beberapa pemberontak adalah orang dalam kerajaan, diharap
mempersiapkan pasukan di luar kerajaan.
Wiro
lalu pergi ke perkemahan markas pemberontak di Gunung Halimun. Wiro memaksa
masuk untuk bertemu Mahesa Birawa. Di sana dia dikepung dikeroyok prajurit
pemberontak. Wiro berhasil mengalahkan puluhan prajurit. Setelah Mahesa Birawa
muncul, Wiro mengundang Mahesa Birawa ke bukit Jatimaleh malam ini seorang diri
berkaitan dengan pesan Eyang Sinto Gendeng.
Di
bukit Jatimaleh, Mahesa Birawa menemui Wiro seorang diri. Wiro Sableng
menyampaikan pesan dari Sinto Gendeng pada Mahesa Birawa, bahwa Mahesa Birawa
harus datang ke Gunung Gede untuk menerima hukuman dari Sinto Gendeng (Guru
Mahesa Birawa sekaligus guru Wiro Sableng) karena telah membuat kejahatan dan
keonaran di bumi. Mahesa Birawa tidak mau. Mahesa Birawa menyerang Wiro dengan
Pukulan Seribu Badai. Wiro membalas dengan Pukulan Benteng Topan Melanda
Samudera. Wiro menantang duel Mahesa Birawa besok siang hari di sini. Wiro lalu
pergi.
Dini
hari Mahesa Birawa bersama 5 Adipati memimpin pemberontakan menyerang Kerajaan
Pajajaran. Untunglah Prabu Kamandaka telah mempersiapkan pasukan di luar
kerajaan. Prabu Kamandaka memimpin prajurit mempertahankan kerajaan.
Pertempuran pun terjadi. Prabu Kamandaka berhadapan dengan Werku Alit saudara
sepersusuannya. Beberapa waktu kemudian pintu gerbang kerajaan sebelah barat
hampir bobol. Prabu Kamandaka terdesak.
Tiba
tiba muncur suara keras seperti guntur berisi seruan menghentikan pertempuran.
Hampir semua orang yang bertempur di sebelah timur terkejut dan melihat ke
tembok atas, ternyata itu suara Wiro Sableng. Melihat Prabu Kamandaka lengah,
Werku Alit menyerang Raja Kamandaka dengan tojanya. Mendadak melesatlah bintang
212 dari Wiro mematahkan toja Werku Alit.
Karena
tidak ada yang mengindahkan seruan Wiro Sableng, malah kedua pihak melanjutkan
pertempuran, maka Wiro mengeluarkan kapak naga geni 212. Ditiupnya gagang
kapak, suara melengking menyerang pasukan pemberontak. Para pasukan pemberontak
menutup telinganya masing masing karena tidak tahan dengan suara tinggi seperti
menusuk nusuk telinganya.
Dengan
bantuan Wiro Sableng, para pemimpin pemberontak berhasil dikalahkan, pasukan
pemberontak menjadi terdesak dan lari dikejar pasukan kerajaan. Wiro Sableng
sendiri menghadapi Mahesa Birawa. Pertarungan Wiro Sableng dengan Mahesa Birawa
berlangsung sangat seru dan dahsyat. Akhirnya Mahesa Birawa mati dihantam kapak
naga geni 212.
Prabu
Kamandaka mengucapkan terima kasih kepada Wiro Sableng dan mengajak ke istana
agar mendapat balas jasa dari kerajaan. Tetapi Wiro menolak secara sopan. Wiro
Sableng pun pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar