Episode 2
Hendradata
termenung sejenak, lalu berkata, “Sungguh mengherankan tokoh sakti seperti
Sinto Gendeng yang pernah merajai dunia persilatan, Kakek Segala Tahu, dan
Gampar Wening bisa hilang diculik orang. Siapa pendekar yang sanggup menculik
mereka? Dan untuk apa? Apa sangkut pautnya antara 3 orang yang diculik itu?”
“Tenang saja, Hendradata. Penculiknya meninggalkan pesan bahwa
semua akan baik baik saja.” Kata Yoga Wiryo.
*****
Pagi
hari yang cerah, muncullah seorang pemuda berambut gondrong berpakaian putih
keluar dari kedai makan. Sambil garuk garuk kepala, pemuda berambut gondrong
yang ternyata Wiro Sableng berkata, “Sudah waktunya pergi ke tempat Gampar
Wening.” Lalu tiba tiba datang seorang pemuda bercaping menyambangi Wiro.
“Tunggu
Pendekar, ada pesan untukmu. Kau pendekar 212 bukan?” kata pemuda bercaping.
“Eh,
kau siapa? Pesan darimana?”
“Aku
Tirto Wening anak dari Gampar Wening. Ada pesan dari ayahku. Aku ada urusan.
Selamat tinggal sampai jumpa lagi.” Berkata pemuda bercaping itu sambil menyerahkan
segulung kertas ke Wiro Sableng lalu berkelebat pergi.
“.....???
Hei tunggu dulu, aku juga mau ke tempatmu. Hmm aneh.” Karena merasa tidak enak,
Tirto Wening kembali lagi. “Lho kenapa kembali lagi?” tanya Wiro.
“Kenapa tidak cepat mengejarku? Tidak ikut saja denganku.”
“Ya, aku memang baru mau mengejarmu.”
Setelah
beberapa saat lamanya tibalah kedua pemuda tersebut di bawah pohon besar.
“Akhirnya sampai juga di sini.” Kata Tirto Wening.
“Bukannya
kita mau ke rumahmu?” tanya Wiro Sableng.
“Tidak,
kita akan menunggu sesuatu di sini. Ngomong ngomong kenapa tidak kau baca
petunjuk dari ayahku.”
“Iya.”
Wiro membuka gulungan kertas. Dan “Astaga ternyata gambar gadis cantik.”
“Hah,
mana?”
“Hahaha
cuma bercanda... Kau serius sekali sobat. Gambar peta harta karun....”
“Haduh....
Bukan yang itu. Di baliknya. Petunjuknya berupa tulisan.”
Wiro
Sableng membalik kertasnya. Dan membaca petunjuknya:
10
petunjuk untuk Tirto Wening
1.Nanti akan ada dua orang yang seperti
menculik aku tapi tidak menculik aku. Jangan
khawatir.
2.Dua orang penculik itu, yang satu memakai
topeng merah yang satu topeng warna hitam.
3. Arahnya menuju ke selatan.
4.Wiro Sableng di kedai makan.
5.Aku melihat dua ular di Pondok kecil di
bawah pohon besar.
6.Terjadi keramaian malam hari di Desa
Yogawiryo.
7.Aku melihat tampak ada orang bertapa di
dalam goa.
8.Terjadi pertarungan antara Wiro dan Wiro.
9.Tidak ada pertumpahan darah manusia.
10.Aku melihat angka 10212.
“Luar
biasa. Hebat sekali ramalan ayahmu itu. Begawan Gampar Wening memang terkenal
ilmu meramalnya.” Kata Wiro Sableng.
“Ya,
Ayahku meninggalkan pesan itu padaku sehari sebelum peristiwa itu. Dan hanya
boleh membukanya setelah kemarin.”
“Lalu
petunjuk tentang petunjuk tentang penculiknya apa kau pernah melihatnya?”
“Aku
belum pernah melihatnya.”
“Ramalan
itu menyebutkan penculiknya ada di sini.”
“Ya
tapi belum ada ularnya.”
“Hahaha
jadi kita buru buru ke sini cuma mau ketemu ular?”
“Ya
begitulah. Petunjuknya begitu.”
“Terus
bagaimana kau bisa menemukan aku di kedai makan?”
“Aku
mengikuti arah selatan.”
“Ehm
arah selatan? Apakah kita akan ke selatan terus? Kenapa tidak ke utara atau ke
barat?”
“Tidak
tahu. Tapi karena satu satunya arah yang tertera dalam petunjuk ke selatan. Ya
kita ke selatan.”
“Eh
tunggu dulu, sepertinya aku mendengar sesuatu....”